Kamis, 11 Agustus 2011

Sumber Belajar Dalam Konteks Media Intruksional Edukatif


I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam konsep Islam alam dan segala isinya merupakan bahan yang dapat dijadikan tuntunan hidup manusia di dunia ini. Bahkan, manusia tidak mampu menghitung, dan bila kita ibaratkan air laut sebagai tintanya dan pohon-pohon sebagai batangnya tidaklah cukup untuk mencatatnya. Demikianlah banyaknya Allah memberikan kenikmatan-kenikmatan kepada manusia untuk dapat disyukuri dan dijadikannya sebagai pembelajar manusia dalam mengarungi kehidupan di muka bumi ini dan melaksanakan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya.
Kalau kita kaji secara konfrehensif semua yang ada di muka bumi ini dapat kita jadikan sebagai sumber belajar. Karena semua aspek-aspek kehidupan yang ada di muka bumi ini dapat dijadikan sumber-sumber belajar manusia. Sumber belajar sendiri merupakan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi, sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Seiring dengan perjalanan waktu dan zaman yang semakin maju akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mulai berfikir untuk merancang berbagai media belajar yang lebih modern sebagai alat penyampai pesan-pesan dari berbagai sumber belajar tersebut. Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah.
Kalau kita lihat dari perkembangannya, pada mula media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar seorang guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai pada umumnya adalah alat bantu visual, misalanya gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap belajar siswa. Namun sayangnya para pengguna media tersebut terlalu memusatkan perhatiannya pada alat bantu tersebut dan kurang sekali evaluasi.
Maka dari itulah para guru harus memiliki kreativitas dalam menggunakan alat batu ini, karena akan tidak efektif bila seorang guru hanya memfokuskan proses pembelajaran pada alat bantu tertentu. Dengan demikian, dapat kita lihat bahwa sudah selayaknya kalau media ini tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu belaka bagi guru mengajar, akan tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan (guru, buku, film dan sebagainya) ke penerima pesan (siswa/pelajar)
Belakangan ini di sekolah-sekolah tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran dengan menggunakan internet, sehingga siswa “dipaksa” untuk menyewa internet –yang memang ukuran Indonesia pada umumnya- masih dianggap relatif mahal. Untuk dapat berjalan secara efektif dan efisien sebaiknya masing-masing sekolah memasang jaringan internet sendiri, supaya siswa dengan mudah mengaksesnya dan pendidik juga dengan mudah menjadikan internet sebagai sarana sumber informasi yang aktual.
Banyaknya sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, guru dituntut adanya pemikiran untuk mengembangkan sumber belajar apa yang efektif dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik. Karena sehebat dan secanggih apapun media belajar yang di gunakan, tidak akan berhasil bila seorang guru tidak memiliki kreatifitas dalam menggunakannya.
Hasil survey yang dilaksanakan pada sejumlah SD negeri dan swasta di Jawa Barat menunjukkan sekolah dasar pada umumnya masih kurang memanfaatkan sumber belajar dan masih bertumpu pada ’sosok’ guru sebagai sumber belajar utamanya.
Dari data tersebut nampak bahwa sumber belajar masih terbatas dan belum dipandang sebagai faktor penting dalam proses pembelajaran. Para pihak yang terkait, baik kepala sekolah maupun guru, biasanya berdalih karena minimnya dana di setiap sekolah. Lantas apakah dalih seperti itu sudah tepat dan persoalan menjadi selesai? Pertanyaan lain apakah sumber belajar yang dimiliki dan berada (tergelar) di masyarakat telah dimanfaatkan secara optimal? Yang jelas, sumber belajar itu sesungguhnya tidak harus mahal, mewah atau berupa barang yang sulit didapat. Akan tetapi lebih kepada sejauhmana kreativitas dan kemauan para guru untuk berinovasi dan memanfaatkan sumber belajar yang ada.

1.2 TUJUAN

Makalah yang kami sajikan ini bertujuan mengkaji sumber belajar yang pada dekade ini mengalami kemajuan yang begitu pesat, akibat dari dipengaruh teori komunikasi, sehingga selain sebagai alat bantu, media juga berfungsi sebagi penyalur pesan serta informasi belajar. Sejak saat itu, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagi alat bantu guru saja, melainkan sebagai alat penyalur pesan atau media. Setidaknya penggunaan media audio visual ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas menjadi lebih bergairah, terjadinya interaksi, tidak membosankan dan menyenangkan.
Selain itu, untuk mengefektifkan dan mengefisienkan proses belajar serta meningkatkan produktivitas pembelajaran yang lebih berhasil dengan jalan:
1. Pemilihan Media Pembelajaran, karena bukan sekedar kesenangan dan menarik semata. Tetapi harus didasarkan pada hasil analisis yang tajam terhadap berbagai faktor seperti tujuan, peserta didik, metode pembelajaran, dan kemampuan teknologi yang ada.
2. Media pembelajaran yang digunakan hendaknya tepat sasaran dan sesuai dengan keperluan, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang baik antara peserta didik dan media yang digunakan.
3. Guru harus memiliki kreatifitas dalam menggunakan alat batu ini, karena akan tidak efektif bila seorang guru hanya memfokuskan proses pembelajaran pada alat bantu tertentu. Dengan kata lain sudah tidak layak lagi media dipandang sebagai alat bantu belaka bagi guru mengajar.

II. KAJIAN TEORI


Kegiatan belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada kegiatan mengajar. Begitu pula sebaliknya, kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan kegiatan belajar. Ketika Anda menjelaskan pelajaran di depan kelas misalnya, memang terjadi kegiatan mengajar. Tetapi, dalam kegiatan itu tak ada jaminan telah terjadi kegiatan belajar pada setiap siswa yang Anda ajar. Kegiatan mengajar dikatakan berhasil hanya apabila dapat mengakibatkan / menghasilkan kegiatan belajar pada diri siswa. Jadi, sebenarnya hakekat guru mengajar adalah usaha guru untuk membuat siswa belajar. Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya.
Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada. Guru hanya merupakan salah satu (bukan satu-satunya) sumber belajar bagi siswa. Selain guru, masih banyak lagi sumber-sumber belajar yang lain.
Pada hakekatnya, alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia sepanjang massa. Jika Anda sependapat dengan asumsi ini, maka pengertian sumber belajar merupakan konsep yang sangat luas meliputi segala yang ada di jagad raya ini. Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan/latar.
Namun demikian sumber-sumber belajar yang begitu banyak akan mendapatkan hambatan dalam penyampaian pesan kepada peserta didik, hal ini diakibatkan oleh faktor yang menjadi penghambat dalam proses komunikasi yang biasa disebut dengan istilah barries, dan noises. Kita mengenal adanya hambatan psikologi, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Siswa yang senang terhadap mata pelajaran, topik serta gurunya tentu lain hasil belajarnya dibandingkan dengan yang benci atau tak menyukai semua itu. Maka dari itu proses belajar akan berhasil bila proses komunikasi diikut sertakan pula media dengan proses belajar mengajar.
Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio, transparansi (OHT).
Jenis sumber belajar yang kedua adalah sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan ( learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain. Jadi, begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang semua itu dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar.
Sekali lagi, guru hanya merupakan salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Bahkan guru hanya salah satu sumber belajar yang berupa orang, selain petugas perpustakaan, petugas laboratorium, tokoh-tokoh masyarakat, tenaga ahli/terampil, tokoh agama, dll.

III. Pembahasan

A. PENGERTIAN SUMBER BELAJAR

Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan/latar. Bahkan dalam konsep islam , alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia sepanjang massa. Jika Anda sependapat dengan asumsi ini, maka pengertian sumber belajar merupakan konsep yang sangat luas meliputi segala yang ada di jagad raya ini.
Sumber belajar sendiri bertujuan untuk menciptakan kondisi agar terjadi proses kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Syarat itu adalah adanya interaksi antara pebelajar (learner) dengan sumber belajar. Jadi, belajar hanya terjadi bila terjadi interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akan terjadi. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada. Guru hanya merupakan salah satu (bukan satu-satunya) sumber belajar bagi siswa. Selain guru, masih banyak lagi sumber-sumber belajar yang lain.
Sumber belajar yang begitu banyak akan efektif dan efesien bila di gunakan media yang tepat yang didasarkan pada tujuan, metode dan peserta didik.Karena tidak semua pelajar menggunakan media yang sama, disilah seorang guru harus dapat memilih media yang tepat. Adapun manfaat dari media diantaranya:
• Denangan Media Pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan seperti buku, foto, dan nara sumber.
• Dengan berbagai jenis media, peserta didik akan memperoleh pengalaman beragam selam proses belajar.
• Media pembelajaran dapat memberiakn informasi yang akurat dan terbaru.
• Media pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk berfikir kritis, dalam menggunakan imajinasinya.


B. JENIS DAN KLASIFIKASI MEDIA

1. Jenis Media
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi, khusus telekomunikasi dan informasi, serta teknologi komputer, maka media pembelajaran tampil dengan berbagai jenis dan format, seperti visual, video, tape, recorder, program radio, internet dan sebagainya. Setiap jenis media memilki sifat dan karakteristik masing-masing.
Berdasarkan indera yang dirangsang dalam proses pembelajaran, jenis media dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu:
• Media visual, yaitu media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. Beberapa media visul ini antara lain: media cetak, modul, jurnal, peta, gambar dan poster.
• Media audio, adalah jeniis media yang digunakan dalam proses pembelajaran hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Oleh karena itu, media audio hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. Contoh media audio yang umum digunakan adalah tape recorder, radio, dan CD player.
• Media audio, adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan pengelihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Beberapa contoh media audio-visual adalah, film, video, program TV dan lain-lain.
• Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Beberapa contoh media multimedia adalah, presentasi Powerpont berupa teks, gambar bersuara, vidio conference.
2. Klasifikasi Media
Setiap media memiliki karakteristik masing-masing dan menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasialan proses belajar peserta didik, Agar peran sumber dan media belajar tersebut menunjukan pada suatu jenis media tertentu, maka media-media belajar itu perlu diklasifikasikan menurut suatu metode tertentu sesuai dengan sifat media dan dalam menentukan media yang cocok untuk pembelajaran atau topik pembelajaran tertentu.
Menurut para ahli penggolongan media pembelajaran sesuai dengan sudut pandang dan keperluannya masing-masing. Schramm (1985) mengolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film,TV, vidio,/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Dari bebera pengelompokan media yang disusun para ahli, ada lima katagori media menurut Setyosari dan Sihkabudden (2005), diantarnya:
• Berdasarkan Ciri Fisik
Berdasarkan ciri dan bentuk fisiknya, media pembelajaran dapat dikelompikan ke dalam empat macam, yaitu:
1. Media pembelajaran dua dimensi (2D) yaitu media yang tampilan dapat diamati dari arah satu pandang saja, misalnya foto, grafik, peta, gambar,bagan, papan tulis dll. Media ini biasanya tidak memakai peralatan proyeksi dalam penggunaannya.
2. Media pembelajaran tiga dimensi (3D), yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar dan tinggi/tebal. Misalnya: prototipe, bola, kotak, meja, kursi, mobil, rumah, gunung, dan alam sekitarnya.
3. Media pandang diam (still picture), yaitu media yang menggunakan media proyeksi yang hanya menampilakan gambar diam. Misalnya foto, tulisan, gambar binatang atau gambar alam semesta yang di yang dapat menampilkan gambar bergerak dilayar, termasuk media televisi, film atau video recorder termasuk yang disajikan melalui layar monitor (screen) di komputer atau layar LCD dan sebagainya.proyeksikan dalam kegitan pembelajaran.
4. Media pandang gerak (monitor picture) yaitu media yang menggunakan media proyeksi
• Berdasarkan Unsur Pokoknya
Berdasarkan unsur pokok atau indera yang dirangsang, media pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga macam, yakni media visual, media audio dan media audio-visual,
• Berdasarkan pengalaman Belajar
Thomas dan Sutjiono (2005) mengklasifikasikan media menjadi tiga, yakni penglaman langsung, penglaman tiruan, dan pengalaman verbal (dari kata-kata).
1. Pengalaman melalui informasi verbal, yaitu berupa kata-kata lisan yang diucapkan oleh pebelajar, termasuk rekaman kata-kata dari media perekam, tulisan maupun cetakan.
2. Pengalaman melalui media nyata, yaitu berupa pengalaman langsung dalam suatu peristiwa maupun mengamati atau objek sebenarnya lokasi. Misalnya: alam semesta, sentra produksi, hutan, pasar dan sejenisnya.
3. Pengalaman melalui media tiruan adalah berupa tiruan atau model dari suatu objek, proses atau benda. Tiruan ini bisa berwujud modek atau objek, proses atau benda. Misalnya: Simulasi proses, dramatisasi atau sandiwara, dan berbagai rekaman atau objek kejadian, dan globe bumi.

C. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

Pada saat ini, ketersedian media pembelajaran di berbagai sekolah masih kurang dan belum merata. Ada sekolah yang mampu menyediakan beragam media pembelajaran dalam jumlah yang relatif banyak, ada juga yang masih belum memiliki ragam dan jumlah media pemmbelajaran yang diperlukan. Hal ini menyebabkan ragam dan jumlah media yang digunakanpun beragam. Sementara itu, media sederhana yang tetap banyak dimanfaatkan adalah papan tulis. Media audio visual (overhead transprancy, video,/ film, kaset audio, siaran TV/Radio),dan media elektronik (komputer,internet) masih belum secara intensif dimanfaatkan, meskipun dibeberapa tempat sudah mulai digunakan.
Pada kondisi dimana ragam dan jumlah media pembelajaran yang tersedia masih sangat kurang, maka perlu dilakukan pengembangan dan produksi media pembelajaran secara bertahap oleh pendidik sendiri, berkelompok, dan melibatkan pihak lain (internal maupun eksternal) peserta didik, pengelola pendidikan, industri, masyarakat, agen donor, dll. Namun, mayoritas pendidik tidak mengembangkan media dengan berbagai alasan.
Dalam hal pemanfaatan suatu media, selain krearivitas pendidik, pertimbngan intruksional juga menjadi salah satu faktor yang menentukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa selama ini guru/dosen sering sekali menggunakan media pembelajaran “seadanya” tanpa pertimbangan pembelajaran ((instructional consideration). Ada kalanya digunakan media canggih, semata-mata karena media tersebut sudah tersedia, walaupun sesungguhnya tidak diperlukan dalam pembelajaran.
Pemanfaatan media pembelajaran sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Pemanfaatan media pemelajran oleh pendidik diharapkan dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, memfasilitasi proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, sesama peserta didik, dan peserta didik dengan ahli bidang ilmu yang relevan di mana saja, serta memperkaya pengalaman belajar siswa. Hal ini dipercaya mengubah suasana belajar yang pasif menunggu, dan pendidik sebagai sumber ilmu satu-satunya, menjadi siswa aktif berdiskusi dan mencari melalui beragam sumber belajar yang tersedia, sementara pendidik berperan menjadi fasilitator yang sama-sam terlibat dalam proses belajar.
Pengembangan media pembelajaran sangat penting artinya untuk mengatasi kekurangan dan keterbatasan persedian media yang ada. Di samping itu, media yang dikembangkan sendiri oleh guru/pendidik dapat menghindari ketidak-tepatan (mismatch) karena dirancang sesuai kebutuhan, potensi sumber daya dan kondisi lingkungan masing-masing. Lebih dari itu, juga dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan inovasi para pendidik sehingga dihasilkan propesionalitas pendidik.Dalam pengembangan media pembelajaran kita harus mengetahui prinsip –prinsip dasar agar tidak terjadi kerancuan atau membuat pendidik dan para pengajar menjadi kebingungan .
Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan-permintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas.Selain itu,dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula.
Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang disebut orang. AECT (Associationfor Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:
1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran.
2. Orang; didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya.
3. Bahan;merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran,seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency), program slide,alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software).
4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware) untuk menyajikan bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan sebagainya.
5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam membeikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah,permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya.
6. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, dan sebagainya.
Bahan & alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media pendidikan.
Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.
Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering muncul mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran.Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran,karena proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi,penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata& tulisan) maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding.
Ada kalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak.Kegagalan/ketidakberhasilan dalam memahami apa yang didengar, dibaca,dilihat atau diamati. Kegagalan/ketidakberhasilan atau penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang diterima.
Lantas dimana fungsi media? Ada baiknya kita melihat diagram cone of learning dari Edgar Dale yang secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan:
Secara umum media mempunyai kegunaan:
1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton, 1985:
1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8. Peran guru berubahan kearah yang positif
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Sebagai contoh media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat karena bila secara langsung diberikan tanpa media sering terjadi ketidaktepatan yang akurat dalam pengucapan pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya membutuhkan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya menggunakan alat yang sama pula.
Untuk itu perlu dicermarti daftar kelompok media instruksional menurut Anderson, 1976 berikut ini:
KELOMPOK MEDIA MEDIA INSTRUKSIONAL
1. Audio • pita audio (rol atau kaset)
• piringan audio
• radio (rekaman siaran)
2. Cetak • buku teks terprogram
• buku pegangan/manual
• buku tugas
3. Audio – Cetak • buku latihan dilengkapi kaset
• gambar/poster (dilengkapi audio)
4. Proyek Visual Diam • film bingkai (slide)
• film rangkai (berisi pesan verbal)
5. Proyek Visual Diam dengan Audio • film bingkai (slide) suara
• film rangkai suara
6. Visual Gerak • film bisu dengan judul (caption)
7. Visual Gerak dengan Audio • film suara
• video/vcd/dvd
8. Benda • benda nyata
• model tirual (mock up)
9. Komputer • media berbasis komputer; CAI (Computer Assisted Instructional) & CMI (Computer Managed Instructiona
Klasifikasi & Jenis Media
KLASIFIKASI JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan Realia, model, bahan grafis, display
Media yang diproyeksikan OHT, Slide, Opaque
Media audio Audio K aset, Audio V ission, aktive Audio Vission
Media video Video
Media berbasis komputer Computer A ssisted I nstructional ( Pembelajaran Berbasis Komputer)
Multimedia kit Perangkat praktikum
Media yang Tidak Diproyeksikan
• Realita : Benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar
• Model : Benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda
sesungguhnya
• Grafis : Gambar atau visual yang penampilannya tidak diproyeksikan (Grafik, Chart, Poster, Kartun)
• Display : Medium yang penggunaannya dipasang di tempat tertentu sehingga dapat dilihat informasi dan pengetahuan di dalamnya.
Media Video
• Kelebihan
– Dapat menstimulir efek gerak
– Dapat diberi suara maupun warna
– Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya.
– Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya
• Kekurangan
– Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya
– Memerlukan tenaga listrik
– Memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam pembuatannya
Media Berbasiskan Komputer
Bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan
• Praktek dan latihan (drill & practice)
• Tutorial
• Permainan (games)
• Simulasi (simulation)
• Penemuan (discovery)
• Pemecahan Masalah (Problem Solving)
(Heinich,et.al 1996)
Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan teknologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran.
Dibalik kehandalan komputer sebagai media pembelajaran terdapat beberapa persoalan yang sebaiknya menjadi bahan pertimbangan awal bagi pengelola pengajaran berbasis komputer:
1. Perangkat keras -dan lunak- yang mahal dan cepat ketinggalan jaman
2. Teknologi yang sangat cepat berubah, sangat memungkinkan perangkat yang dibeli saat ini beberapa tahun kemudian akan ketinggalan zaman.
3. Pembuatan program yang rumit serta dalam pengoperasian awal perlu pendamping guna menjelaskan penggunaannya. Hal ini bisa disiasati dengan pembuatan modul pendamping yang menjelaskan penggunaan dan pengoperasian program. Pemakaian Komputer dalam Proses Belajar
Sebelumnya perlu dijelaskan istilah CAI dan CMI yang digunakan dalam kegiatan belajar dengan komputer.
CAI; yaitu penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan mengetes kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor yang menggantikan guru di dalam kelas. CAI juga bermacam-macam bentuknya bergantung kecakapan pendesain dan pengembang pembelajarannya, bisa berbentuk permainan (games), mengajarkan konsep-konsep abstrak yang kemudian dikonkritkan dalam bentuk visual dan audio yang dianimasikan.
CMI; digunakan sebagai pembantu pengajar menjalankan fungsi administratif yang meningkat, seperti rekapitulasi data prestasi siswa, database buku/e-library, kegiatan administratif sekolah seperti pencatatan pembayaran, kuitansi dll.
Pada masa sekarang CMI & CAI bersamaan fungsinya dan kegiatannya seperti pada e-Learning, dimana urusan administrasi dan kegiatan belajar mengajar sudah masuk dalam satu sistem. Pemakaian Komputer dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Tujuan Kognitif
Komputer dapat mengajarkan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan konsep tersebut dengan dengan sederhana dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran mandiri.
Untuk Tujuan Psikomotor Dengan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games & simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya. Untuk Tujuan Afektif Bila program didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan media komputer.

IV Kesimpulan


Dari pembahasan yang telah diuraikan tentang sumber belajar, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sumber belajar sebagai sumber informasi di sekolah memiliki peran yang penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar.
2. Sebagus apapun sumber belajar dibuat, apabila tidak bisa dimengerti oleh peserta dididk/ pemakai tentunya akan menjadi sia-sia.
3. Sebagai seorang pendidik, dituntut kreatif, dalam menciptakan sumber belajar bagi siswanya.
4. Sumber belajar tidak perlu mahal, yang diutamakan menarik, mudah
dimengerti dan memiliki pesan yang berkesan bagi sipenerimannya.
5. Media Cetak, Elektronik, Perpustakaan, Keluarga dan Lingkungan
dapat menjadi sumber belajar bagi kita.

Daftar Pustaka


Association for Educational Comunication Technology (AECT), (1986) Definisi Teknologi Pendidikan (Penerjemah Yusufhadi Miarso), Jakarta: C.V. Rajawali.
Newby, T.J. et. al.(2000) Instructional Technology for Teaching and Learning: Designing Instruction, Integrating Computers and Using Media. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Reiser, R.A. dan Dempsey, J.V. (2002) Trends and Issues in Instrctional Design and Technology. Ohio: Merril - Prentice Hall.
Sharon E. Smaldino, dkk (2005). Instructional Technology and Media for Learning. New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall.
Snelbecker, J. E. (1974) Learning Theory, Instructional Theory, and Psychoeducational Design. New York: McGraw Hill Book Company.
Smith, P.L., & Ragan, T.J. (1993) Instructional Design. New York: Macmillan Publishing Co
PUSTAKA
• Green L (1996). Creatives Silde/Tape Programs. Colorado: Libraries Unlimited, Inc. Littleton.
• Hackbarth S. (1996). The Educational Technology Hanbook. New Jersey: Educational Technology Publication, Englewood Cliffs.
• Hannafin, M. J., Peck, L. L. (1998). The Design Development and Education of Instructional Software. New York: Mc. Millan Publ., Co.
• Heinich, R., et. al. (1996) Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
• E. Dale, Audiovisual Method in Teaching, 1969, NY: Dyden Press
• Bloom, S. Benyamin (1956). Taxonomy of Educational Objective The Classification of Educational Goal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar